Al-Hadits

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” [ HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Bicara, Sebuah mukjizat Ilahi…


Manusia biasanya mulai bicara ketika menginjak usia tertentu. Fenomena ini nampak jelas dan seakan merupakan hal biasa bagi kita… ya, karena semua orang mengalaminya di usia yang berdekatan.

Inilah yang menyebabkan sebagian orang berasumsi bahwa percakapan atau bicara merupakan hal biasa; padahal sebenarnya ini adalah mukjizat yang luar biasa. Itu karena si balita tidak tahu apa-apa tentang percakapan sebelum ia mulai bicara.

Prof. Steven Pinker, seorang pakar ilmu percakapan yang terkenal dengan berbagai risetnya di bidang ini mengatakan; “Kita tidak pernah berfikir untuk bicara dan kita menganggapnya hal biasa. Kita lupa bahwa itu merupakan mukjizat dan hadiah yang ajaib untuk kita”.[1]

Tidak diragukan lagi…. Ketika si kecil mendadak bisa bicara tanpa tahu apa pun tentang rahasia percakapan sebelumnya, inilah mukjizat yang dimaksud.

Dia tidak memilih bahasa yang akan dipakainya karena masih sederhana. Walau demikian, bahasa yang paling sederhana pun tetap menggunakan asas-asas percakapan yang rumit. Berhubung asas percakapan merupakan interaksi matematis, maka dari beberapa kata dan kalimat akan menghasilkan makna yang banyak dan kompleks.

Di sanalah muncul banyak pertanyaan yang belum terjawab seputar percakapan dan bahasa… Bagaimana si kecil bisa bicara saat berumur tiga tahun? Apakah ia belajar lewat apa yang ia dengar di sekitarnya? Lantas siapa yang mengajarinya kaidah bahasa dan percakapan, yang tak mampu dirumuskan dengan sempurna oleh para ahli hingga kini? Bagaimana kata-kata itu mengalir dengan mudah dari mulutnya dan sesuai dengan kaidah bahasa yang rumit tadi? Kemudian bagaimana kata dan kalimat tadi berhasil menyusun pokok-pokok bahasa yang memberikan suatu makna? Lalu mengapa sampai terbentuk lebih dari 6000 bahasa yang berbeda? Lantas mengapa manusia satu-satunya makhluk hidup yang dapat berbicara, sedang makhluk lainnya tidak? Apakah yang terjadi di fikiran kita saat semuanya berubah menjadi kata-kata dan kalimat? Padahal kalimat yang diucapkan manusia tadi hingga kini belum diketahui hakikatnya, karena melewati berbagai proses yang detail dan rumit…

Yang jelas, percakapan tidak muncul akibat proses belajar-mengajar; sebab tidak ada seorang pun yang bisa mengajari kita kaidah ribuan kalimat yang kita kenal… dan pada dasarnya hal itu memang mustahil diajarkan.

Contohnya, ketika seseorang berbicara ia akan menyusun beberapa kalimat yang teratur, padahal ia tak mengenal sedikit pun tentang kaidah rumit yang ada pada kalimat yang disusunnya… namun dengan mudah ia bisa menyusun kata-kata yang mungkin baru pertama kali keluar dari mulutnya. Ini semua terjadi dengan spontan tanpa dirasakan… Ilmu percakapan yang rumit ini, sampai sekarang belum bisa didefinisikan dengan tepat oleh para ahli yang terkenal.

Bicara adalah proses yang rumit. Seorang pakar bahasa terkenal, Philip Lieberman, berbicara tentang kaidah-kaidah bahasa yang tak terhingga banyaknya. Beliau mengatakan: “Seiring dengan banyak dan luasnya hasil penelitian, kami berasumsi bahwa jumlah kaidah dan pokok bahasa mendekati jumlah kalimat yang ada. Kami demikian terkejut dengan kaidah-kaidah percakapan tadi, dan usaha kami gagal total. Dan sampai saat ini belum ada seorang pun yang berhasil meletakkan dasar-dasar percakapan yang lengkap dan menyeluruh untuk satu bahasa pun”.[2]

Lieberman menegaskan bahwa asas percakapan jumlahnya setara dengan jumlah kalimat, lantas bagaimana asas percakapan yang demikian banyak tadi mampu diserap oleh si balita saat mulai bicara?

Gambar pita suara

Manusia memulai kehidupan sosialnya dengan belajar kaidah-kaidah bahasa dan percakapan. Namun yang lebih jelas ialah bahwa kita tidak mengambil ilmu percakapan ini dari orang tua maupun orang lain. Fakta ini diungkapkan oleh Prof. Steven Pinker, dosen di Universitas MiT. Beliau mengatakan: “Bagaimana mungkin si kecil bisa menyerap bahasa dan ilmu bahasa yang tidak ada akhirnya dari sedikit percakapan terencana yang terjadi di sekitarnya? Sesungguhnya anak kecil tidak mengambil kemampuan bahasa dari kedua orang tuanya, dan dalam waktu yang sama, keduanya juga tidak mengoreksi kesalahan si kecil terus-menerus. Mereka tidak memperingatkan akan kesalahan yang terjadi selama si kecil bicara, padahal ucapan anak kecil biasanya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Dan jika memang demikian, konsekuensinya kedua orang tua harus terus menyalahkan si kecil sepanjang hari”.[3]

Selama ini, kita menggunakan kaidah percakapan dan bahasa tanpa usaha sedikitpun dari kita, sebab kita telah mendapatkannya dengan siap di depan kita. Seandainya kita pusing melihat soal matematik yang rumit, maka rumitnya kaidah percakapan akan menjadikan kita pusing tujuh keliling!

Sebab itu, kemampuan berbicara yang dimiliki manusia merupakan rahasia matematis tulen dengan segala makna yang dikandungnya. Rahasia tersembunyi ini diakui oleh Noam Chomsky saat mengatakan: “Aku hanya memiliki sedikit informasi tentang ilmu percakapan, selain sisi-sisi nyata yang terlihat dari luar. Jadi, percakapan adalah rahasia besar dari semua sudut pandangnya”.[4]

Saat seseorang mulai bicara dengan santai… saat ia menggunakan lisannya dengan sempurna… saat ia mencermati semua itu, ia baru yakin bahwa semuanya terjadi tanpa diketahui atau disengaja olehnya.

Kalaulah kita tak kuasa mengatur kata-kata yang keluar dari mulut kita, pasti ada kekuatan tersembunyi yang memberi ilham dan mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan; agar kita bisa menyusun berbagai kalimat dari kata-kata. Inilah kekuatan Allah Sang Pencipta yang Maha Agung… Dialah yang mengetahui segalanya, dan Dia lah pemilik segalanya…

Allah lah yang memberi ilham kepada manusia dan membuatnya pandai berbicara. Seseorang takkan mampu mengucap sepatah kata pun tanpa seizin Allah. Sesungguhnya kemampuan berbicara adalah anugerah Allah atas manusia; Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam Kitab-Nya:
                
الرَّحْمَنُ * عَلَّمَ الْقُرْآَنَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ * عَلَّمَهُ الْبَيَانَ



(Allah) Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia, (dan) mengajarinya pandai berbicara (Ar Rahman: 1-4).



Berbagai macam bahasa adalah tanda kebesaran Allah




Bagaimana berbagai bahasa yang kita kuasai tidak tercampur satu sama lain?

Sebagaimana dimaklumi, orang yang mampu bicara dalam dua bahasa tidak akan mencampur keduanya saat berbicara. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mengungkap sebab tidak tercampurnya kosa kata terhadap orang yang menguasai beberapa bahasa saat ia bicara dengan salah satu bahasa tersebut.

Salah seorang pakar otak bernama Thomas Munte yang dibantu timnya, mengadakan beberapa eksperimen untuk mengetahui perubahan elektrik yang terjadi di beberapa titik di otak saat terjadi percakapan. Eksperimen ini dilakukan dengan memperhatikan MRI (Magnetic Resonance Image) atas orang-orang yang berbicara dengan bahasa Spanyol, yang disisipkan dengan bahasa Katlan; yaitu bahasa yang dipakai di timur laut Spanyol[5]. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa otak menyimpan kosa kata setiap bahasa yang dipakai manusia pada bagian tertentu darinya. Hal ini berguna agar tidak terjadi pencampuran kosa kata dari berbagai bahasa saat berbicara.

Eksperimen ini membuktikan kenyataan yang berseberangan dengan asumsi yang mengatakan bahwa kedua bahasa yang dimiliki seseorang terdapat dalam bagian yang sama di otak; dan saat seseorang mencari suatu kata, kata tersebut akan muncul secara langsung tanpa harus mencari maknanya terlebih dahulu, dan proses ini terjadi di luar kehendak si pembicara secara otomatis.

Artinnya, ketika kita berbicara menggunakan suatu bahasa, bahasa lain yang kita kuasai akan tertekan oleh faktor yang belum diketahui hingga kini. Lalu saat pembicara berpindah menggunakan bahasa lainnya, secara spontan ia akan mengganti filter-filter yang ada di otak, yang tidak kenal sama sekali dengan kalimat baru yang diucapkan.

David Green[6] mengungkapkan hal menarik tersebut dengan mengatakan: “Dari sini muncullah pertanyaan penting; bagaimana mengatur itu semua?”



Tanpa ragu sedikit pun jawabannya adalah: semua itu telah dirancang sedemikian rupa oleh Allah yang menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

                                     لَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ  


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At Tiin: 4).

Sistem yang rumit ini hanyalah satu contoh dari sekian fakta yang tak mampu dijelaskan lewat teori evolusi, bahkan justeru bertolak belakang dengannya. Sistem ini menampakkan kepada kita kekuasaan ilahi yang menciptakan kita dalam bentuk yang paling baik tanpa cacat. Kemudian memberi kita kenikmatan ini… nikmat jasmani dan ruhani dengan segala yang dikandungnya, termasuk nikmat bicara.

Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan kepada kita tentang bahasa manusia yang bermacam-macam, dan ini termasuk tanda yang membuktikan keberadaan-Nya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِلْعَالِمِينَ
   


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui” (Ar Rum:22).


Sistem percakapan yang ajaib

Ketika seseorang ingin bicara, otak mengirimkan serangkaian perintah ke lidah dan pita suara, lalu diteruskan ke otot-otot rahang atas dan bawah. Sistem percakapan yang ada pada bagian otak tertentu tadi, mengirimkan pesan-pesan penting ke setiap otot yang akan ‘bertugas’ selama proses percakapan.

Sebelum ini semua terjadi, paru-paru bertugas menyedot udara hangat yang merupakan media khusus dalam proses bicara. Udara tadi masuk lewat hidung, kemudian melalui rongga-rongga yang ada padanya, dan terus ke tenggorokan, lalu ke saluran pernapasan (trachea), kemudian ke bronchus dan seterusnya hingga sampai di alveoli. Di sini terjadi pertukaran antara O2 (oksigen) dari udara dan CO2 (karbon dioksida) dalam darah; oksigen akan diangkut oleh darah, sedangkan karbon dioksida dilepas keluar. Udara yang keluar dari paru-paru ini akan melewati pita suara yang bentuknya mirip tirai. Gerakan pita suara ini dikontrol oleh cartilage (tulang rawan) kecil yang melekat padanya.


[1] Pinker Words and Rules, Basic Books, 1999, s. 1 s


[2] “Eve spoke : Human Language and Human Evolution”, P. Lieberman, w. w. norton & company, 1998, s. 126-128

[3] S. Pinker Words and Rules, Basic Books, 1999, s. 1

[4] Noam Chomsky, Powers and Prospects, s.16.

[5] Majalah ‘Nature’, 28 Februari 2002.

[6] Beliau adalah dosen pengajar di Universitas London yang terkenal dengan berbagai penelitiannya dalam ilmu bahasa.


0 komentar:

Posting Komentar